Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa aksi militer AS ke Suriah dapat melahirkan gelombang baru terorisme.
Dalam artikel opini yang dia tulis di Surat kabar New York Times, Putin memperingatkan bahwa serangan militer AS terhadap Suriah bisa melepaskan gelombang baru terorisme.
"Jika AS jadi melakukan aksi militer
ke Suriah, akan meningkatkan aksi kekerasan dan melepaskan gelombang
baru terorisme, yang bisa merusak upaya multilateral menyelesaikan
masalah nuklir Iran dan konflik Israel-Palestina, dan bermuara pada
keguncangan di Timur Tengah dan Afrika Utara..."
Artikel ini yang muncul di situs koran tersebut
saat Menteri Luar Negeri AS John Kerry menuju ke Jenewa untuk menggelar
pertemuan dengan Menlu Rusia Sergei Lavrov.
"Jika AS jadi melakukan aksi militer ke Suriah, akan meningkatkan aksi kekerasan dan melepaskan gelombang baru terorisme, yang bisa merusak upaya multilateral menyelesaikan masalah nuklir Iran dan konflik Israel-Palestina."
Pertemuan ini membahas rencana Rusia menyerahkan rencananya untuk mengamankan senjata kimia milik Suriah ke AS.
Rencana ini akhirnya yang membuat Presiden AS Barack Obama
menunda rencana aksi militer terhadap Suriah dan mendukung upaya diplomasi.
Rabu (11/09) kemarin, para utusan negara-negara
anggota tetap DK PBB - Inggris, AS, Perancis, China dan Rusia - juga
bertemu di New York.
Jalur diplomatik yang beradab
Dalam tulisannya, Putin juga mengatakan bahwa
jutaan orang di seluruh dunia akan menilai bahwa AS bukanlah model
negara demokrasi yang diidamkan, tetapi negara yang mengedepankan
kekerasan.
"Kita harus menghentikan penggunaan bahasa
kekuatan dan kembali ke jalur penyelesaian politik dan diplomatik yang
beradab," tulis Putin.
Putin mengatakan bahwa dia meragukan rencana intervensi militer tersebut untuk kepentingan jangka panjang AS.
Di artikel opini tersebut, Putin mempertahankan
dukungannya kepada Presiden Suriah Bashar al Assad yang menyatakan bahwa
bukanlah mereka yang menggunakan senjata kimia, melainkan kelompok
pemberontak, dalam serangan 21 Agustus lalu.
Kemarin, Presiden AS Barack Obama berpidato
menjelaskan posisi terakhir negara itu terhadap Suriah, yaitu yang
semula berencana melakukan serangan militer, namun ditunda karena
mengikuti usulan Rusia terkait masalah ini.
Presiden Vladimir Putin sebelumnya mengusulkan agar opsi sanksi terhadap Suriah dilakukan dengan menekan negara itu
agar mau menghancurkan isi gudang senjata kimianya.
Meski setuju bekerja sama dengan Rusia, Obama
mengatakan pemerintah AS tetap akan menggunakan kekuatan militer kalau
jalur diplomasi gagal mencapai hasil.
Sumber : BBC